Tuesday, November 2, 2010

Berkat Anak

Sudah hampir setahun kami menikah dan sekarang kami sedang menunggu kedatangan anak pertama. Umur kehamilan sudah 39 minggu ... senangnya! Sebentar lagi pun kami merayakan 1st anniversary. Tidak menyangka bahwa di saat yang bersamaan kami juga dikaruniakan calon bayi. Thank you Lord.

Menjalani kehamilan pertama mudah tidak mudah. Memang aku tidak mengalami 'morning sickness' yang berlebihan seperti wanita kebanyakan yang bisa sampai muntah2. Selama ini si cabang bayi mau bekerja sama dengan baik dengan ibunya :) Okay, mungkin 3 bulan pertama ada kekhawatiran karena aku masih dalam pengobatan kontinu untuk penyakit TBC yang aku derita tahun lalu. Tapi segala pikiran itu aku lawan dalam hati. Tidak mungkin Tuhan mengizinkan kehamilan sekarang jika segalanya belum siap. Puji Tuhan, selama pemeriksaan bulanan, si cabang bayi baik2 saja.

Kekhawatiran selanjutnya adalah mengenai finansial menghadapi persalinan dan kehidupan si anak. Ada yang bilang mitos, tapi aku cuma mau bilang bahwa berkat anak itu benar aku alami. Tapi kita harus percaya dalam hati dan mengaku dengan mulut tiap harinya. Keadaan beberapa bulan belakangan memang terlihat menurun. Baik dari pendapatan suami sebagai wirausaha, maupun pendapatan saya sebagai ibu rumah tangga... nol! :P Sekali lagi saya melawan pikiran saya seperti sebelumnya, dan benar nyatanya bahwa sampai saat ini kami masih dimampukan mempersiapkan persalinan normal. Dan aku yakin bahwa ke depannya, kehidupan si anak ini akan aman di tangan Tuhan.

Terdengar terlalu religius? Tidak juga sie! Tapi yang pasti memang tidak terdengar duniawi karena aku tidak akan pernah mau bergantung sepenuhnya pada kekuatan sendiri. Manusia punya keterbatasan. Tapi yang bergantung pada Tuhan, akan seperti burung rajawali yang terbang tinggi.

Last but not least, aku baru saja ikutan kontes foto ibu hamil (itu tuh foto yang di atas). Yah, begitulah kalau suami fotografer, jadi suka difoto :) Dan ternyata puji Tuhan aku menang voucher 500.000 untuk perhiasan emas. Satu lagi bagian dari berkat anak. Either it's bonus from God or He just love to make me smile :)

Wednesday, December 16, 2009

Melawan pikiran saat tubuh sakit

Baru saja aku keluar dari RS Cikini setelah satu minggu mendekam dalam kamar pasien. Dua minggu lalu aku mengalami serangan lambung hingga muntah-muntah. Setelah dibawa ke RS dan diberi obat, ternyata tidak mempan. Malah besoknya aku mengalami batuk darah. Setelah batuk tidak berhenti, akhirnya suami memutuskan untuk membawa ke RS. Dan ternyata aku di diagnosis TBC oleh dokter. Ada flek darah di paru2 yang akut. Untuk ukuran orang yang tidak pernah masuk RS sejak gejala tipus saat SD, aku merasa kaget. Orang2 di sekitarku pun juga menilai ini sebagai sakit yang parah dan harus tinggal di RS min 1 minggu.

Okay, tapi aku merasa hal ini masih biasa. Mere ka berlebihan sekali.Ah paling hanya beberapa hari. Besok malamnya, aku mengalami serangan sakit kepala yang dashyat. Kepala seperti dipakaikan helm terbuat dari besi seberat 10kg. Tak kuat menahan sakit aku sampai menitikkan air mata di pundak suami tanpa bisa menguatkan diri dengan kata2. Di saat itu pun pikiran mulai kemana2. Mungkinkah ada penyakit lain di kepalaku? Ternyata aku menganggap enteng penyakit ini. Bukan meminta bantuan Tuhan, malah aku yakin sembuh karena aku orang yg jarang sakit.

Malam itu pun aku bertobat. Aku berseru2 kepada Tuhan. "Help me Lord, I know You are here with me. And I'm waiting." Dan akupun menunggu saat sakit kepala itu hilang. Setelah mencoba tidur, ternyata sakit kepala belum hilang dan malah ditambah muntah2. Makanan yg sudah susah payah ditelan, keluar kembali. Perut kosong pun malah menambah sakit kepala. Pikiranku pun digoda bisikan2 iblis. Masih bisakah aku bangun besok? Bodoh sekali!! Aku pun berseru lebih yakin lagi kepada Tuhan dari rasa sakit tak tertahankan "Tuhan, aku ingin sakit kepala ini selesai malam ini juga. Karena aku yakin Engkau bisa melakukanya. Engkau maha segalanya. AMIN".

Lalu tiba2 aku pun punya keinginan untuk makan buah. Mamaku menawarkan pisang yang awalnya aku tolak. Tapi karena hanya itu yang ada, jadi akupaksa makan sedikit2 melawan mual. Setelah itupun aku tertidur dan terbangun dengan kepala lebih ringan. Apa ini? Tuhan telah memberikan jawaban? Ternyata hanya perlu makan pisang. Aku pun semangat memaksa perutku untuk menerima pisang setiap beberapa jam. Sakit kepalanya perlahan2 hilang. Hatiku pun menangis betapa mudahnya hikmat itu yang datang dari Tuhan. Aku tahu bahwa Dia bersamaku selama ini. Sejak saat itu pun keadaanku semakin membaik dan membaik.

Suatu pengalaman yang berharga. Berusaha melawan pikiran2 dalam diri sendiri, berusaha yakin pada Tuhan dan bukan diri sendiri, dan selalu merasa dekat denganNya. I am rejoicing in the Lord's present. He's the only voice I want to hear.

Friday, December 4, 2009

Hidup bersama


Sekarang ketika sudah menikah, ada hal-hal baru.
Pertama, aku merasa diberkati sekali dengan seorang suami yg terbaik dan sebuah rumah yg diberiNya cuma-cuma. Aku tidak habis berpikir, apa yg telah aku perbuat sampai diberi hal2 yg luar biasa. Jawabanya: tidak ada. Aku terus diingatkan bahwa Tuhan hanya ingin memberkatimu. Tidak ada hubungannya dengan perbuatanku.
Kedua, aku mendapatkan keluarga baru yg sungguh indah dr pihak suami. Mrk memiliki keterbukaan yang tulus thd anggota baru dan hubungan keluarga yg akrab antar generasi. Bahkan aku merasa tertantang utk lebih dekat lagi dg keluarga. Tidak ada lg mitos mertua-menantu.
Mungkin masih terlalu cepat berkata bhw menikah ternyata tidak sesulit itu. Apalagi usia perkawinan baru sebulan. Tapi aku optimis karena Tuhan ada di antara kami berdua. Pihak ketiga yg meluruskan jalan2 berkelok.